Transisi Demografi & Window Opportunity

 
Transisi Demografi & Window Opportunity


TRANSISI DEMOGRAFI 

 PENGERTIAN TRANSISI DEMOGRAFI


    Transisi demografi merupakan suatu kondisi yang menggambarkan perubahan parameter demografi yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Zelinsky (1971), menyatakan bahwa transisi fertilitas dan mortalitas sebagai transisi vital, sedangkan transisi demografi terdiri dari transisi vital dan transisi mobilitas. Berbeda dengan Zelinski, Notenstein (1945) menegaskan bahwa transisi demografi hanya memperhatikan perubahan fertilitas dan mortalitas atau dengan kata lain disebut sebagai perubahan secara alamiah. PBB (1989) membagi transisi demografi ke dalam 4 tahap, yaitu: 

1. Pada tahap pertama angka fertilitas (kelahiran) masih sangat tinggi, ditandai dengan indikator Total Fertility Rate (TFR) di atas 6, dan angka mortalitas (kematian) juga tinggi. Sedangkan usia harapan hidup waktu lahir rendah yaitu kurang dari 45 tahun. Pada tahap ini laju pertumbuhan penduduk sangat rendah. Jumlah kelahiran dan kematian cenderung sangat tinggi dan tidak terkendali setiap tahunnya. Berbagai faktor penyebab kematian ikut mempengaruhi di antaranya adanya peperangan, gagal panen dan kelaparan sebagai akibat tingginya harga-harga pangan serta meluasnya wabah penyakit menular. 

2. Tahap kedua ditandai dengan mulai menurunnya angka mortalitas dengan cepat karena penemuan obat-obatan antibiotik, revolusi industri dan kemajuan teknologi. Angka kelahiran sudah menunjukkan penurunan tetapi sangat lambat. TFR pada tahap ini berkisar antara 4,5- 6, sedangkan usia harapan hidup waktu lahir berkisar antara 45-55 tahun. 

3. Tahap ketiga, ditandai dengan kematian yang terus menurun tetapi penurunannya mulai melambat. Angka harapan hidup berkisar antara 55- 65 tahun, sedangkan TFR mengalami penurunan dengan cepat sebagai akibat adanya program keluarga berencana dan tersedianya alat kontrasepsi secara luas. Pada tahap ini tingkat pendidikan mulai meningkat. 

4. Tahap keempat ditandai dengan angka kelahiran dan kematian yang sudah rendah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang juga rendah. Pada tahap ini usia atau angka harapan hidup mencapai lebih dari 65 tahun dan TFR di bawah 3. Proses transisi demografi dianggap berakhir ketika fertilitas mencapai NRR (net reproduction rate) = 1. Tahap ini biasanya dialami oleh negara yang sudah maju

Transisi demografi dapat pula digunakan untuk memprediksi struktur populasi yang mungkin terjadi pada suatu negara. Negara yang berada pada tahapan awal cenderung memiliki penduduk usia muda yang banyak sedangkan negara pada tahapan akhir cenderung memiliki penduduk usia tua yang banyak


Konsep Transisi Demografi

Transisi demografi sudah terlihat di beberapa negara – negara maju. Konsep transisi demografi sendiri menjelaskan bagimana negara maju tersebut telah melewati tahapan transisi demografi. Setidaknya terdapat tiga tahap perkembangan transisi demografi, antara lain:

Tahap 1: Kelahiran tinggi dan kematian tinggi.

Tahap 2: Tingkat kelahiran masih tinggi, namun tingkat kematian cendrung rendah.

Tahap 3: Kelahiran mengalami penurunan dan kematian juga menurun sehingga menjadi stabil.


Model Transisi Demografi: 5 Tahap Perubahan Penduduk


Model Transisi Demografi adalah sebuah model yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan-perubahan dalam statistik-statistik kependudukan seperti angka kelahiran, angka kematian, dan pertumbuhan penduduk seiring dengan berjalannya waktu. Model ini pada awalnya dibuat berdasarkan data-data statistik kependudukan negara-negara Amerika Utara dan Eropa dari waktu ke waktu.

Perubahan kependudukan menurut model ini dibagi menjadi 5 tahapan dengan karakteristik khususnya masing-masing. Pada mulanya, setiap negara di dunia berada pada sebuah fase di mana angka kematian dan kelahiran sama-sama tinggi. Selanjutnya angka kematian turun terlebih dahulu yang lalu disusul oleh penurunan angka kelahiran. Pada akhirnya, angka kematian dan kelahiran keduanya sama-sama rendah dan pertumbuhan penduduk stabil. Beberapa ahli juga berpendapat setelah kelahiran dan kematian sama-sama rendah, angka kelahiran bisa kembali naik atau juga menurun hingga menyebabkan penurunan jumlah penduduk.

Model ini digunakan untuk memprediksi struktur piramida penduduk yang mungkin terjadi pada suatu negara dan juga menjelaskan mengapa perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi.




Tahap 1: High Stationary



Pada tahap pertama atau yang juga disebut masyarakat pre-industrial, Angka Kematian dan Angka Kelahiran keduanya sama-sama tinggi. Setiap negara di dunia berada pada masa ini hingga sekitar 200 tahun yang lalu di saat negara-negara Eropa mulai mengalami periode Revolusi Industri. Saat ini, sudah tidak ada negara yang masih berada pada tahap ini.

Angka Kelahiran pada masa ini cukup tinggi karena banyak anak diperlukan untuk mengurus lahan pertanian.  Pada tahap ini, angka kematian yang tinggi dan berfluktuasi banyak disebabkan oleh bencana kelaparan, wabah penyakit, dan peperangan yang sering terjadi di negara-negara pada masa ini. Angka kematian bayi tinggi dan angka harapan hidup rendah akibat kurangnya teknologi dan tenaga kerja dalam fasilitas kesehatan.

Walaupun angka kelahiran tinggi, pertumbuhan penduduk biasanya sangat rendah pada tahap ini karena masyarakat dibatasi oleh ketersediaan pangan yang tersedia. Setiap fluktuasi tingkat kelahiran segera diimbangi dengan tingkat kematian.

Tahap 2: Early Expanding


Pada tahap kedua atau yang disebut juga masyarakat early industrial, angka kematian pada masyarakat menurun secara signifikan sedangkan angka kelahiran masih tetap tinggi. Laju perubahan alami meningkat hingga puncaknya pada akhir tahap ini. Kematian bayi turun dan harapan hidup meningkat.

200 tahun yang lalu di negara-negara Eropa, Revolusi Industri menghasilkan perkembangan dalam berbagai sektor teknologi yang berpengaruh besar pada kehidupan manusia, termasuk di dalamnya membantu manusia mendapatkan tempat tinggal yang lebih sehat dan kehidupan yang lebih nyaman. Pada negara-negara berkembang, adanya transfer teknologi vaksin, obat-obatan, dan teknologi kesehatan lainnya sekitar 50 tahun yang lalu membantu negara-negara berkembang mengendalikan penyakit infeksi seperti malaria dan tuberkulosis sehingga dapat menurunkan angka kematian.

Tahap 3: Late Expanding


Pada tahap ketiga, angka kelahiran mulai menurun menyusul angka kematian. Hal ini disebabkan oleh perubahan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Orang-orang memilih untuk memiliki lebih sedikit anak, karena keluarga besar tidak lagi menjadi aset ekonomi ketika sebuah keluarga pindah dari desa ke kota. Selain itu, beberapa negara belakangan ini juga menerapkan aturan yang melarang banyak anak dalam keluarga.

Beberapa faktor seperti akses ke kontrasepsi, kenaikan upah, urbanisasi, penurunan pertanian subsisten, peningkatan status dan pendidikan perempuan, peningkatan investasi orang tua dalam pendidikan anak dan perubahan sosial lainnya juga berpengaruh dalam penurunan angka kelahiran pada tahap ketiga. Pada masa ini, angka harapan hidup juga terus meningkat.


Tahap 4: Low Stationary


Pada tahap keempat, angka kelahiran dan kematian sama sama rendah. Fluktuasi yang terjadi rendah dan petumbuhan populasi lambat. Angka kematian sedikit meningkat seiring dengan peningkatan usia rata-rata penduduk. Namun, harapan hidup masih meningkat karena angka kematian berdasarkan usia terus menurun. Kebayanyakan negara-negara Eropa saat ini berada pada tahapan transisi demografi keempat.

Tahap 5: Perbedaan Pendapat



Pada awalnya, model transisi demografi hanya memiliki 4 tahapan mulai dari masa di mana angka kelahiran dan kematian sama-sama tinggi, hingga ke tahap di mana angka kelahiran dan kematian menjadi rendah. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa setelah tahap keempat angka kelahiran akan kembali naik dan beberapa ahli lainnya berpendapat sebaliknya, angka kelahiran akan menurun dan populasi akan mulai menyusut.

Pada beberapa negara seperti Jepang dan Bulgaria, saat ini populasi mulai menua dan angka kelahiran sudah menurun hingga ke bawah batas dari replacement levelTanpa adanya pertumbuhan penduduk dari migrasi, populasi pada negara-negara tersebut akan terus menurun.


Transisi Demografi Di Indonesia

Transisi demografi yang terjadi di Indonesia sudah berdasarkan tahapan teori transisi demografi. Hanya saja ada tahap tertentu yang mengalami perbedaan dalam proses pertumbuhan penduduk, sehingga dapat dikatakan jika Indonesia termasuk negara yang mengalami proses transisi demografi yang berbeda. Perbedaan tersebut dilihat dari proses penurunan angka kelahiran sebelum akhirnya memasuki negara industrialisasi. Ada beberapa faktor yang menghalangi Indonesia untuk dapat menyelesaikan transisi demografinya antara lain:

  1. Pembangunan tidak merata. Masih ada beberapa daerah tertinggal dan jauh dari kemajuan teknologi seperti yang ada di kota – kota besar.
  2. Pendidikan di Indonesia yang masih perlu ditingkatkan.
  3. Indonesia adalah negara agraris. Masih cukup sulit Indonesia berubah menjadi negara industri sebab beberapa daerah masih ditemukan masyarakat bermata pencaharian sebagai petani.

WINDOW OPPORTUNITY

PENGERTIAN WINDOW OPPORTUNITY

Window of Opportunity atau jendela kesempatan adalah kondisi dimana jumlah penduduk yang berusia produktif (15-64 tahun) meningkat sedangkan jumlah usia yang tidak produktif (0-14 tahun dan 64+) menurun.

Pemanfaatan peluang ini dapat terjadi dengan prasyarat, antara lain jika iklim investasi kondusif untuk membuka kesempatan kerja produktif serta terdapat sumber daya pemerintah untuk investasi pendidikan dan peningkatan kualitas SDM

The Window of Opportunity (Jendela Peluang)
  • Celah sempit diawali dengan bonus demografi terjadi mulai tahun 1990an
  • The window of opportunity terjadi tahun dimana Dependency Ratio mencapai titik terendah 44 per 100
  • Meningkat lagi sesudah 2030 karena meningkatnya proporsi penduduk lansia
  • Hanya terjadi satu kali dalam sejarah suatu penduduk 

WINDOW OPPORTUNITY DI INDONESIA

Dekade 2020-2030, Indonesia Alami The Window of Opportunity


Bertepatan dengan bulan Mei yang merupakan Bulan Sensus Penduduk Indonesia, topik mengenai window of opportunity mulai hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Window of opportunity adalah keadaan dimana tingkat dependency ratio berada pada titik terendahnya, sedangkan dependency ratio adalah rasio perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif (0-15 tahun dan 65+ tahun) dengan jumlah penduduk usia produktif (16-64 tahun). Jadi, dalam keadaan window of opportunity, beban tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tidak produktif berada pada jumlah terkecilnya.

Window of opportunity akan didapatkan Indonesia pada tahun 2020-2030 dengan asumsi TFR (Total Fertility Rate - rata-rata jumlah anak dari setiap wanita selama hidupnya) Indonesia mencapai 2.01 hingga 1.8 per wanita pada tahun 2020 dan dependency ratio sebesar 44%.1 Lalu sebenarnya apa peluang dan tantangan yang Indonesia dapatkan dengan window of opportunity tersebut?

Dalam window of opportunity, Indonesia akan memiliki jumlah tenaga kerja produktif yang tinggi. Penyebabnya adalah angka kematian yang rendah dan angka kelahiran yang baru mengalami penurunan dari angka yang tinggi. Selain itu, ibu rumah tangga, yang sebelumnya tidak masuk ke dalam angkatan kerja, bisa masuk ke dalam angkatan kerja karena jumah anak yang menurun. Dengan jumlah tenaga kerja yang tinggi dan dependency ratio yang ada pada titik terendah, kesejahteraan masyarakat Indonesia bisa meningkat.

Output Indonesia juga bisa meningkat karena adanya jumlah tenaga kerja produktif yang tinggi. Oleh karena itu, window of opportunity merupakan sebuah kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.




Komentar

Postingan Populer